Menu

Wednesday, 19 March 2014

8 sifat yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang pemimpin

Didalam diri manusia, ada 8 sifat yang tidak boleh ditinggalkan jika menjadi pemimpin.
Dalam kesusastraan jawa kuno, delapan sifat tadi telah tergabung menjadi pribadi kepemimpinan yang asalnya diambil dari watak delapan dewa . dewa dewa tersebut ialah Batara Endra, Batara Surya, Batara Bayu, Batara Kuwera, Batara Baruna, Batara Yama, Batara Candra, dan Batara Brama.

1. Batara Endra
 sifat Batara Endra adalah tegas, ingin bumi ini aman, tidak pandang bulu, siapa berbuat salah harus dihukum.

2.Batara Surya
 Sifat Batara Surya adalah tenang penuh welas asih, tidak perlu marah untuk membuat seluruh rakyat dan prajurit berbuat ebajikan.

3.Batara Bayu
 Sifat Batara Bayu adalah berbudi pekerti luhur, sambil berlaku wajar, dapat mengetahui rakyat ataupun prajuritnya yang berlaku jahat dan bertingkah laku utama.

4. Batara Kuwera
 Sifat Batara Kuwera adalah bijaksana, penuh kepercayaan kepada pimpinan dan bawahan, "nora ngalem nora nutuh" artinya tidak mudah mengeluarkanpujian tetapi juga tidak mudah mengeluarkan celaan.

5.Batara Baruna
 Sifat Batara Baruna adalah waspada, sekalipun tidak tiap hari digunakan belajar, menggunakan senjata adalah penting termasuk senjata ilmu, kecuali "bisa basuki ing laku" atau selama perjalanan hidupnya aman, juga " guna-guna kagunan kabeh ginelung" artinya menghadapi penggunaan ilmu apa saja oleh pihak lain dapat mengatasi.

6. Batara Yama
 Sifat Batara Yama adalah "rumeksa praja" atau menjadi pengawal utama atau bayangkara negara, nusa, dan bangsa. didalam dunia keprajuritan harus tidak terdapat mereka yang berbuat jahat." kang ala tinundhung" artinya kalau terdapat yang berbuat jahat harus di usir.

7. Batara Candra
 Sifat Batara Candra adalah " apura sara naniro"artinya bersifat penuh maaf , tutur katanya menimbulkan ketentraman batin rakyat dan prajurit, ada tertawa ada tersenyum.

8. Batara Brama
 Sifat Batara Brama adalah " Rumeksa gung anom, mariksa maring wadya balane, ngelu mules waras lan kawruhi" artinya menaruh perhatian yang sebesar besarnya atas anak-anak muda, memperhatikan kehidupan prajurit, mengetahui apakah mereka sakit atau tidak.

itulah sifat-siafat yang tidak boleh ditinggalakan jika menjadi pemimpin... meskipun tidak menjadi pemimpin, alangkah baiknya jika sifat-sifat itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Saturday, 15 March 2014

candi gedhong putri dan gua maling aguna Candipuro



Foto foto diatas adalah foto yang diambil di Candi Gedhong Putri yang terletak di Desa SumberWuluh kecamatan Candipuro Lumajang Jawa Timur.
sebuah candi yang menurut saya sangat malang karena keterlambatan perhatian dari pemerintah untuk menyelamatkan situs sejarah yang dikatakan merupakan sebuah candi pertama yang berdiri di daerah Lumajang.
Menurut Bapak Mansur Hidayat, candi Gedhong Putri ini merupakan candi yang dihuni oleh Putri Nararya Kirana, seorang putri yang diutus menjadi seorang adipati di dareah yang dulu bernama Lumajang.
Sungguh amat disayangkan, kerusakan candi ini sudah lebih dari 60% dan baru dirawat. padahal , menurut bapak Gaguk seorang guru sejarah, jika kerusakan suatu tempat bersejarah sudah lebih dari 60%, maka tempat tersebut harus dimusnahkan. Seandainya Pemerintah Kabupaten Lumajang merawat Candi ini lebih awal, mungkin kerusakan yang terjadi dapat diminimalisir. sebagaimana yang pernah saya baca, beberapa puluh tahun yang lalu, saat seorang penulis masih kecil, candi ini masih berdiri bahkan disamping candi ini terdapat sebuah kolam.
tapi yang saya temui disana, hanyalah sebuah tragedi yang sangat malang.
kolam mand putri yang seharusnya terawat, justru tidak ada yang memperdulikan hingga hanya menjadi kubangan tak berpenghuni. sangat mengenaskan.... ><

gambar ini adalah gambar lingga yang terdapat di kompleks candi Gedhong Putri.
Menurut guru sejarah saya, Lingga ini adalah salah satu jenis Lingga terbaik di Indonesia karena begitu halusnya. Jujur saya akui, sempat terlintas dalam pikiran saya waktu itu jika lingga ini terbuat dari semen. namun sekali lagi, Lingga itu terbuat dari batu yang diukir. Lingga sendiri merupakan lambang dari kesuburan wanita. Biasanya Lingga ditemani oleh Yoni yang merupakan lambang kejantanan laki-laki. namun, dewasa ini banyak Lingga yang 'ditinggalkan" oleh Yoninya. 



Ini adalah gambar yang diambil di Gua Maling Aguna
Menurut cerita, Gua ini digunakan oleh seorang kesatria untuk menculik seorang putri, Zaman dahulu, ada sebuah sayembara dimana dicari seorang kesatria yang bisa menculik sang putri tanpa diketahui. dan salah seorang ksatria tersebut membuat gua ini untuk menculik sang putri dan berhasil memenangkan sayembara tersebut.
baru baru ini, saya mendengar bahwa Gua ini ternyata sambungan dari Gua yang berada di desa Siluman.
entahlah, saya belum kesana untuk membuktikan.
Jika ada yang berminat untuk kesini, akan saya bari tahu tempatnya.
lokasinya tepat dibelakang pasar Candipuro. Di belakang Pasar ada sebuah toko. Anada harus meminta izin pada pemilik toko untuk masuk karena Gua ini terletak di dalam salah satu halaman belakang rumah penduduk Candipuro.

Biting,Emang Ada Apa?

 

Dulu,pertama kali saya tahu tentang Biting,adalah ketika saya masih SD.
sejak saat itu,saya jadi terobsesi kepada Biting dan Obsesi itu semakin menggila saat SMA sekarang.
Hari Sabtu kemarin,tanggal 05 September 2013,dengan modal nekad dan uang seadanya,sepulang sekolah saya bersama seorang teman saya,Roziatul Khoiriyah pergi ke Biting naik bus.
Awalnya kami bukan ingin ke Biting,tapi ke Selokambang untuk mengikuti penialian olahraga,namun,ntah karena apa hal itu dibatalkan.Jadi,berhubung kami berdua memiliki uang,jadi kami berdua pergi ke Biting hanya untuk memuasakan hasrat kami tentang sejarah Lumajang.
Kami berdua yang sama sekali belum pernah menginjak Biting yang meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari wilayah kami,hanya bisa berdo'a dalam hati agar bisa pulang dengan selamat.
Dengan mengandalakn petunjuk yang sempat saya baca difacebook dulu,saya mengatakan pada kernet busnya agar berhenti di Biting.
Setelah turun,kami maih bingung,apa benar ini jalannya?
akhirnya diputuskan,saya bertanya pada abang tukang becak dipinggir jalan.
"numun sewu,niki dalan seng bade teng Situs biting ta?"tanya saya.(permisi,ini jalan mau ke Situs Biting kah?).dan dijawab dengan kata iya oleh si abang tukang becak tadi.
alangkah bersyukurnya saya dan teman saya karena tidak jadi tersesat.
Kami pun berjalan menyusuri jalan,baru beberapa meter,ada musium Situs Biting disamping jalan,(meski sebenarnya keadaannya tidak cocok disebut sebagai museum)kami pun tidak menunggu lebih lama lagi untuk memasukinya.
berada didalam sana,kami berdua terutama saya benar-benar seperti orang kemaruk yang baru tahu benda bersejarah (meski hal itu adalah sebuah kebenaran).didalam sana terdapat sisa-sisa peninggalan kerajaan Lamajang Tigang Juru yang masih tersisa dan ditemukan.
Dulu,saya punya impian ingin membeli kaos yang dijual disana,pas saya tanya,ternyata harganya Rp.50.000,hih,dapat darimana saya uang sedang ini cuma cukup ongkos pulang.
Setelah puas melihat benda bersejarah yang sebenarnya ingin kami foto tapi tidak ada satupun dari kami yang membawa hp karena Hp kami berdua tertinggal dirumah,kami melanjutkan perjalanan.
ditemani pohon pohon rindang ditepi jalan,kami terus melangkah hingga akhirnya kami sampai di Petilasan Arya Wiraraja.
Sesampainya disana,makam tersebut ternyata cukup ramai pengunjung.Bahkan,ada tata cara untuk masuk kedalam makam dan tata tertibnya.
kami berduapun masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.
Sampai didalam,kami terpesona.
berada didepan makam Raja Lamajang Tigang Juru jaman dulu,membuat kami khususnya saya teringat dengan kisah-kisah sejarah yang ada di Lumajang dan tentang jasa-jasa Arya Wiraraja pada Bumi Majapahit dan Syaekh Abdur Rahman pada penyebaran islam di Lumajang.
Setelah puas dimakam,kami berencana akan langsung menuju benteng.Namun,kami tidak tahu jalannya.Dengan segenap keberanian yang saya pinya,saya memberanikan diri untuk bertanya pada salah seorang pengunjung tentang letak benteng Biting yang menurut penuturannya ternyata benteng tersebut terletak di belakang makam dan untuk menuju kesana,cukup mengikuti jalan saja.
Baru saja kami hendak melanjutkan perjalanan,terdengar adzan berkumandang.Dengan bingung,kami bertanya dimana letak mushola terdekat dan jawabannya sangat mengejutkan."Musholanya baru mau dibangun,dek".dengan terbengong-bengong kamipun menanyakan letak masjidnya,beruntung masjid itu tidak terletak begitu jauh.
Selesai sholat,kami membeli berbagai macam makanan sebagai bekal untuk kami makan di Benteng nanti.
Kamipun mengikuti petunjuk dengan m,engikuti jalan disamping makam.Saya kira jalannya tidak terlalu jauh,ternyata cukup jauh juga.Jalan ini sudah ditandai dengan bunga yang ditanam disepanjang jalan yang akan menuju ke situs.
Sampai disitus,ternyata ada 2 orang pria.
kamipun langsung naik keatas.Sampai diatas,sungguh tak terduga saudara-saudara,sepatu saya jebol alias rusak.Hal itu otomatis memaksa saya untuk nyeker.melihat dua orang pria dibawah,saya nekad turun kebawah lagi untuk mencoba bertanya beberapa pertanyaan kepada mereka.kata teman saya sich,saya macak-macak jadi wartawan.hahaha....
dari percakapan dengan bapak itu,saya jadi tahu kalau sungai disamping benteng yang mengelilingi desa ini adalah Sungai Bondoyudo dan benteng ini akan segera dibangun dan masih akan terus dilakukan penggalian.betaapa saya senang dengan hal itu.
waktu menunjukkan pukul 16.30,dan kami harus segera pulang.
kami terutama saya yang saat itu tengah nyeker benar benar harus berjuang karena kami lelah.
sampai dijalan besar,kami masih harus menunggu bus antar kota yang akan lewat dan itu sangat lama.
karena bosan kami memutuskan menunggu sambil berjalan dengan membaca sholawat seadanya.Bukan apa-apa sich,cuma untuk mengurangi kadar kebosanan.Setelah sekitar 1km kami berjalan,rasa lelah semakin menjadi dan kaki saya mulai terasa sakit.
Dengan membuang ego kami sebagai wanita jauh-jauh,saya memberanikan diri menyetop sebuah mobil yang melaju kearah yang kami tuju.tidak perlu sampai ke tempeh,cukup ke lampu merah.
Syukurlah,setelah mencoba sekitar 3 kali,akhinya ada sebuah mobil yang bersedia berhenti dan mengantar kami berdua ke gladak merah,suatu tempat yang ridak jauh dari lampu merah.
dari sana,kami naik kol ke tempeh.
kami sampai Tempeh ketika adzan magrib telah berkumandang hingga kami putuskan untuk mampir ke masjid untuk mengambil hadiah yang telah Tuhan berikan kepada kami.setal itu,barulah kami berdua berpisah dan pulang kerumah masing-masing dengan selamat.
Saya pulang membawa 1 pertanyaan,Di Situs Biting,semua batu bata peninggalannya memiliki ukiran.Yang menjadi pertanyaan saya adalah Apakah mereka pada zaman dahulu mengukir batu bata itu satu per-satu?
Adakah yang bisa membantu menjawab????

Sungai Mujur,bukannya cuma buat nambang pasir?

Sungai Mujur,bukannya cuma buat nambang pasir?

Adakah diantara  teman-teman semua yang mengenal Sungai Mujur?

 Yang terletak di Desa Lempeni ini dikenal dengan aktivitas penambangan pasirnya,apalagi ketika musim penghujan.
Lalu bagaimana jika sedang musim kemarau?Apakah aktivitas penambangan pasir yang menjadi mata pencaharian sebagaian besar  masyarakat sekitar sana tetap berlangsung?
rmengerjakan tugas kesenian,yaitu membuat sketsa.
Dengan membawa tas sekolah yang berisi buku-buku,saya pergi kesana dengan jalan kaki ketika sholat Shubuh sudah selesai.
Saya berjalan dan berjalan,walau lelah,tapi keinginan saya untuk pergi kesana sangat besar,dan keinginan besar tadi ternyata mendapat b alasanyang setimpall.Saya sampai disana tepat waktu,yaitu ketika matahari menyinari Gunung Semeru yang terletak disebelah barat Sungai Mujur.Pemandangan yang benar-benar indah ditambah dengan udara yang begitu segar.


Sebenarnya,selain berfungsi sebagai tempat mencar i rupiah bagi masyarakat,Sungai Mujur juga berfungsi sebagai tempat rekreasi terutama ketika hari minggu tiba,seperti halnya hari kemarin.
Setelah puas melihat pemandangan dari atas jembatan,saya memutuskan untuk turun meskipun sebenarnya tidak benar-benar turun.
Dibawah,saya segera mengeluarkan kertas untuk membuat sketsa.Awalnya berjalan lancar sampai seorang laki-laki menghampiri saya dan mengajak saya bicara.Benar-benar mengganggu….-_-
Dengan berat hati kemudian,saya putuskan untuk meninggalkan tempat saya menggambar dengan alasan sudah selesai.
Saya pun turun ke sungai dan melihat seorang bapak-bapak yang sedang menambang pasir disungai.


Sok sokan jadi wartawan,sayapun mencoba untuk bertanya-tanya seputar aktovitas penambangan pasir yang katanya sangat sulit jika tidak ada hujan,karena jika sedang tidak hujan,untuk mendapatkan pasir mereka harus mngangkat batu-batu didasar sungai agar pasir pasir yang mengendap sidasar sungai bisa terngkat.
sungguh ironis,penambangan pasir yang membuat aor liur pasa investor menetes,malah tidak mampu mensejahterakan para penambangnya sendiri.