Negeri Jawa hanya memiliki
(barang dagangan) kaum pagan yaitu : empat atau lima jenis beras yang besarnya
tak terhitung, beras – beras ini sangat putih dan kualitasnya lebih baik
dibandingkan beras dari wilayah manapun. Tempat ini juga menghasilkan sapi
jantan, sapi, domba, kambing, kerbau yang tak terhitung banyaknya dan tentu
saja babi – di seluruh penjuru pulau dipenuhi oleh binatang ini.
Di sini juga
terdapat rusa berbagai ukuran, buah – buahan dan berbagai jenis ikan di sepanjang pesisir
pantai. Udara di negeri ini segar, begitu juga dengan airnya. Terdapat barisan
pegunungan, dataran yang luas dan lembah – lembah yang membuatnya tampak
seperti negeri kita. Orang – orang di sini berpenampilan rapi dan mengesankan,
tanpa adanya noda dan kulit mereka tidak hitam, malahan cenderung putih.
Berbeda dengan kita yang menyisir rambut ke bawah, mereka menyisirnya ke arah
berlawanan untuk menunjukkan kesan elegan. Jawa juga menghasilkan anggur yang
lezat dengan jenisnya yang khas serta banyak minyak. Namun mereka tidak
memiliki mentega atau keju karena mereka tidak tahu bagaimana cara
memproduksinya.
Jawa menghasilkan emas dalam
jumlah besar – 8 atau 8,5 cetakan mate;
topas; kemukus mencapai lebih dari 30 bahar setiap tahunnya; cabe jawa; asam
yang cukup untuk memenuhi seribu kapal. Di hutan dapat ditemukan trengguli
berkualitas; kapulaga; beras; sayuran dan budak. Sebagai komoditas, mereka
menjual ke Malaka kain Jawa dalam jumlah yang tak terhingga. Selain itu terdapat
tambang topas di Jawa. Mereka juga menghasilkan cukup tembaga dan lonceng dari fruseleira untuk memenuhi kebutuhan di
wilayah itu. barang – barang tersebut merupakan komoditas dagang yang baik.
Koin dan satuan berat di Jawa
Koin yang digunakan di Jawa
adalah cash dari Cina, 1000 uang ini
bernilai sama dengan 25 calai—100 calai sama dengan 3 cruzado. Seribu koin juga disebut 1 puon. Berdasarkan kebiasaan di negeri tersebut, jika anda
menyerahkan seribu, mereka akan memberikan tiga puluh lebih sedikit. Tiga puluh
tersebut diambil sebagai pajak yang diserahkan kepada penguasa wilayah
tersebut. Semua aktivitas perdagangan di negeri ini dilakukan dengan
menggunakan koin – koin ini. Jawa tidak memiliki koin yang terbuat dari emas
maupun perak dan sangat menyukai mata uang orang barat, terutama uang – uang
Portugal. Kata mereka –orang Jawa--, negeri yang mampu menghasilkan koin- koin
seperti itu pastilah negeri yang berkondisi sama seperti Jawa. Emas yang di
bawa dari Jawa ke Malaka akan bertambah nilainya sebanyak satu pada setiap lima
emas. Keuntungan yang didapatkan dari barang dagangan yang dikirimkan dari
Malaka ke Jawa nyaris tidak ada, namun, komoditas dagang yang dikirimkan dari
Jawa ke Malaka menghasilkan keuntungan besar.
Demikianlah sedikit catatan
mengenai perekonomian Negeri Jawa yang dituliskan oleh Tome Pires dalam bukunya
Suma Oriental. Sebenarnya masih banyak detail yang belum saya sebutkan agar
kita bisa mencerna informasi secara bertahap. Jelas bahwa komoditas dagang di
Malaka dan di Jawa sangat berbeda. Beberapa hal seperti bahan tambang dan batu
berharga tampaknya menjadi tokoh utama, selain beras tentunya, dalam memainkan
peran “penyumbang keuntungan” terbesar dalam perdagangan di Malaka.
Tidak ada penjelasan mengapa
perdagangan komoditas dari Jawa di Malaka bisa menghasilkan keuntungan yang
besar. Mungkin terkait dengan jenis barang, atau juga disebabkan dari lokasi
Jawa dan Malaka. Apabila dianalisis, posisi Malaka yang berada di pusat
perdagangan dan pelayaran dunia pada waktu itu, memungkinkan untuk menjual
barang – barang khas Jawa dengan harga tinggi. Sebaliknya, ketika perdagangan
dilakukan di Jawa, komoditas yang mereka bawa kebanyakan adalah kain dan sapi,
sesuatu yang berharga tetapi tidak bisa dijual dengan harga tinggi—tidak setinggi
batu berharga. Dari posisinya, Jawa bisa dikatakan sebagai pasar lokal jika
dibandingkan dengan Malaka yang menjadi pusat pasar internasional. Sehingga apa
yang dibawa dari Malaka, hanya bisa dijual kepada penduduk sekitar dengan harga yang standar.
No comments:
Post a Comment