Menu

Sunday, 7 April 2019

Mengenal Lingkungan Alam Desa Sumberjo

Pertama kali memasuki desa Sumberjo, kita akan disambut oleh pemandangan perbukitan kapur yang putih memanjang. Bukit ini ditumbuhi oleh tanaman jati, beberapa rumpun bamboo, dan tanaman keras lain. Bukit kapur ini memiliki karakteristik yang beraneka macam. Banyak sekali gua-gua kapur yang terbentuk secara alami dan buatan.




Gua yang berukuran relative besar akan banyak kita jumpai di dinding-dinding bukit yang terbentang tinggi. Memasuki kawasan hutan jati, jika beruntung kita akan menjumpai ayam alas dan elang jawa yang sekarang sudah mulai langka. Selain itu, pemandangan yang dihasilkan oleh penambangan kapur, membuat bukit-bukit kapur ini terlihat begitu indah. Pahatan-pahatan yang dihasilkan berupa kotak-kotak persegi yang sangat indah, mirip seperti gambar-gambar yang biasa kita lihat dalam buku buku peradapan Mesopotamia.


Disamping perbukitan kapur, juga terdapat rawa. Rawa yang disebut oleh masyarakat sekitar dengan nama “mberon” akan memanjakan mata begitu kita memandang arah sebaliknya. Dari jalan raya arah Tuban-Bojonegoro, sebelah kiri adalah persawahan yang membentang luas di sekeliling mberon. Banyak sekali burung-burung seperti burung kuntul, burung blekok, dan burung air lainnya yang berjalan di atas teratai dan tanaman air yang tumbuh subur di rawa ini. Di rawa ini juga terdapat sumber mata air yang digunakan sebagai sumber air minum masyarakat seluruh kecamatan rengel. Selain itu, daerah yang tidak terjangkau oleh PDAM, juga mengandalkan sumber air di mberon sebagai sumber air minum.
Dengan suhu maksimal 320 C dan suhu minimum 250 C dan letaknya di pegunungan kapur, menjadikan desa ini relative panas. Hampir setiap rumah menanam pohon di depan rumahnya. Salah satu yang terkenal dari desa ini adalah tanaman tahunan yang bernama “Klampis”. Dengan tinggi hingga 20m, tanaman ini mirip seperti pohon asem jawa. Daunnya bulat-bulat kecil dan berbuah setahun sekali.
Sebagaimana daerah Indonesia lainnya, iklim di desa Sumberjo adalah tropis. Musimnya hanyalah musim kemarau dan musim penghujan. Daerah di desa Sumberjo dibedakan menjadi daerah bawah yang meliputi daerah bawah bukit, dan daerah atas yang meliputi daerah atas bukit. Dengan wilayah seluas 528,629 ha, dibagi menjadi 4 dusun, yaitu Dusun Lampah, Dusun Glonggong, Dusun Sugihan, dan Dusun Betengrowo dengan Dusun Lampah sebagai pusat pemerintahan desanya.
Sebagian besar daerah di desa Sumberjo adalah berbukit sampai bergunung yang mencakup hingga 40% dari luas daerah seluruhnya. Selanjutnya adalah datar sampai berombak yang mencakup 35% luas wilayah, dan yang paling sedikit adalah daerah yang berombak sampai berbukit yang mencakup hanya 25% dari luas wilayah. Daerah-daerah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya aliran sungai di dalam areanya. Seperti di desa Lampah yang terdapat aliran sungai dari sumber air “Ngerong” yang terdapat di Desa Rengel, daerahnya cenderung datar sampai berombak.   
Desa Sumberjo termasuk dalam kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Berbatasan dengan Desa Dahor di sebelah utara, Desa Punggulrejo di sebelah timur, Desa Ngadirejo dan Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan, serta Desa Rengel di sebelah Barat. Ketinggiannya 300 m dpl, termasuk dataran rendah meskipun banyak bukit kapur. Jenis tanah di desa ini dibagi menjadi tanah sawah seluas 238 ha, tanah kering seluas 243 ha, pekarangan seluas 113 ha, kebun atau tegal seluas 130 ha, dan tanah basah seluas 10 ha, serta tanah hutan seluas 3 ha.
Tanah sawah, sebagaimana namanya digunakan untuk menanam padi atau bercocok tanam. Jenis tanah ini, biasanya terletak didekat aliran sungai yang di alirkan dari Ngerong dan juga di dekat Mberon yang merupakan rawa dan sumber air. Meskipun tanahnya berupa lempung, tapi tetap saja kita dengan mudah dapat menemui bongkahan batu kapur didalamnya. Padi yang ditanam di sini, tumbuh dengan subur walaupun tidak sebagus di daerah gunung berapi. Selain di daerah aliran air, tanah sawah juga terdapat di daerah perbukitan kapur.
Tanah kering, merupakan tanah yang tidak bisa ditanami apapun kecuali pohon jati. Hal ini biasa kita jumpai didaerah perbukitan kapur yang memang tidak terlalu subur. Pohon jati yang tumbuh di tanah kering ini pasti meranggas dan rawan mengalami kebakaran saat musim kemarau tiba. Sama seperti yang saya temui saat kesana pada bulan Oktober lalu. Batang-batang pohon jati menghitam, hangus bekas terbakar. Ranting pohon mengering tanpa daun, berwarna coklat kusam bekas terbakar sinar matahari.
Pekarangan adalah sebutan bagi sebidang tanah yang terletak di depan, samping, atau belakang rumah penduduk. Tanah ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam bunga, pohon peneduh, ataupun hanya sekedar tempat menjemur pakaian dan tempat bermain anak-anak. Pekarangan dimiliki oleh per-keluarga yang biasanya ditandai dengan batas yang jelas, misalnya dibatasi dengan tanaman pagar atau tembok yang terbuat dari batu kapur putih yang biasa disebut dengan watu kumbung.
Kebun atau yang biasa disebut masyarakat sana dengan tegal adalah suatu tanah yang dimiliki per-seorangan yang digunakan untuk menanam tanaman palawija atau tanaman tahunan. Letak tegal biasanya tidak jauh dari rumah penduduk dan sawah. Ada yang terletak di antara rumah penduduk, biasanya ditanami pohon jati, ada pula yang terletak di antara persawahan, biasanya ditanami tanaman palawija. Kebun atau tegal menjadi penanda status sosial masyarakat di desa ini. Semakin luas tanah kebun atau tegal yang dimiliki menandakan status sosial yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat yang memiliki kebun atau tegal yang luas biasanya adalah orang kaya dan ketika panen, hasilnya biasanya lebih besar dari panen sawah yang berupa padi.
Tanah basah di desa ini meliputi Tambak, Rawa, dan Kolam dengan luas masing 2, 6 , 2 ha. Tambak dan kolam berlokasi tidak jauh dari rawa atau sungai. Rawa di desa ini merupakan tempat yang sangat vital. Selain merupakan sumber mata air utama, juga sumber pencaharian masyarakat Dusun Betengrowo. Mereka mencari ikan dan ada pula yang membudidayakan ikan di dalam rawa dengan memasang jarring-jaring pembatas. Aktivitas masyarakatpun banyak yang terpusat di rawa ini, seperti aktivitas mandi, mencuci, mengambil air bersih bagi masyarakat yang tinggal di atas gunung, bahkan juga sekedar sebagai tempat nongkrong, baik oleh anak muda maupun yang sudah dewasa.  

Berada tepat di bawah bukit pegunungan kapur, membuat desa Sumberjo memiliki banyak hewan-hewan yang dilindungi seperti ayam hutan, merak, ular sanca kembang, serta tumbuhan yang tidak boleh ditebang sembarangan seperti pohon jati. Keberadaan tanah hutan di desa ini berfungsi sebagai suaka alam yang tidak boleh ditebang oleh masyarakat. Keberadaannya dijaga oleh dinas perhutani setempat.

No comments:

Post a Comment