Pertama kali memasuki desa Sumberjo, kita akan disambut oleh
pemandangan perbukitan kapur yang putih memanjang. Bukit ini ditumbuhi oleh
tanaman jati, beberapa rumpun bamboo, dan tanaman keras lain. Bukit kapur ini
memiliki karakteristik yang beraneka macam. Banyak sekali gua-gua kapur yang
terbentuk secara alami dan buatan.
Gua yang
berukuran relative besar akan banyak kita jumpai di dinding-dinding bukit yang
terbentang tinggi. Memasuki kawasan hutan jati, jika beruntung kita akan
menjumpai ayam alas dan elang jawa yang sekarang sudah mulai langka. Selain
itu, pemandangan yang dihasilkan oleh penambangan kapur, membuat bukit-bukit
kapur ini terlihat begitu indah. Pahatan-pahatan yang dihasilkan berupa
kotak-kotak persegi yang sangat indah, mirip seperti gambar-gambar yang biasa
kita lihat dalam buku buku peradapan Mesopotamia .
Disamping
perbukitan kapur, juga terdapat rawa. Rawa yang disebut oleh masyarakat sekitar
dengan nama “mberon” akan memanjakan mata begitu kita memandang arah
sebaliknya. Dari jalan raya arah Tuban-Bojonegoro, sebelah kiri adalah
persawahan yang membentang luas di sekeliling mberon. Banyak sekali burung-burung seperti burung kuntul, burung blekok, dan burung air lainnya yang
berjalan di atas teratai dan tanaman air yang tumbuh subur di rawa ini. Di rawa
ini juga terdapat sumber mata air yang digunakan sebagai sumber air minum
masyarakat seluruh kecamatan rengel. Selain itu, daerah yang tidak terjangkau
oleh PDAM, juga mengandalkan sumber air di mberon
sebagai sumber air minum.
Dengan
suhu maksimal 320 C dan suhu minimum 250 C dan letaknya
di pegunungan kapur, menjadikan desa ini relative panas. Hampir setiap rumah
menanam pohon di depan rumahnya. Salah satu yang terkenal dari desa ini adalah
tanaman tahunan yang bernama “Klampis”. Dengan tinggi hingga 20m, tanaman ini
mirip seperti pohon asem jawa. Daunnya bulat-bulat kecil dan berbuah setahun
sekali.
Sebagaimana daerah Indonesia
lainnya, iklim di desa Sumberjo adalah tropis. Musimnya hanyalah musim kemarau
dan musim penghujan. Daerah di desa Sumberjo dibedakan menjadi daerah bawah
yang meliputi daerah bawah bukit, dan daerah atas yang meliputi daerah atas
bukit. Dengan wilayah seluas 528,629 ha, dibagi menjadi 4 dusun, yaitu Dusun
Lampah, Dusun Glonggong, Dusun Sugihan, dan Dusun Betengrowo dengan Dusun
Lampah sebagai pusat pemerintahan desanya.
Sebagian besar daerah di desa Sumberjo adalah berbukit sampai
bergunung yang mencakup hingga 40% dari luas daerah seluruhnya. Selanjutnya
adalah datar sampai berombak yang mencakup 35% luas wilayah, dan yang paling
sedikit adalah daerah yang berombak sampai berbukit yang mencakup hanya 25%
dari luas wilayah. Daerah-daerah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya aliran
sungai di dalam areanya. Seperti di desa Lampah yang terdapat aliran sungai dari
sumber air “Ngerong” yang terdapat di
Desa Rengel, daerahnya cenderung datar sampai berombak.
Desa Sumberjo termasuk dalam kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa
Timur. Berbatasan dengan Desa Dahor di sebelah utara, Desa Punggulrejo di
sebelah timur, Desa Ngadirejo dan Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan,
serta Desa Rengel di sebelah Barat. Ketinggiannya 300 m dpl, termasuk dataran
rendah meskipun banyak bukit kapur. Jenis tanah di desa ini dibagi menjadi
tanah sawah seluas 238 ha, tanah kering seluas 243 ha, pekarangan seluas 113
ha, kebun atau tegal seluas 130 ha, dan tanah basah seluas 10 ha, serta tanah
hutan seluas 3 ha.
Tanah sawah, sebagaimana namanya digunakan untuk menanam padi atau
bercocok tanam. Jenis tanah ini, biasanya terletak didekat aliran sungai yang
di alirkan dari Ngerong dan juga di dekat Mberon yang merupakan rawa dan sumber
air. Meskipun tanahnya berupa lempung, tapi tetap saja kita dengan mudah dapat
menemui bongkahan batu kapur didalamnya. Padi yang ditanam di sini, tumbuh dengan
subur walaupun tidak sebagus di daerah gunung berapi. Selain di daerah aliran
air, tanah sawah juga terdapat di daerah perbukitan kapur.
Tanah kering, merupakan tanah yang tidak bisa ditanami apapun kecuali
pohon jati. Hal ini biasa kita jumpai didaerah perbukitan kapur yang memang
tidak terlalu subur. Pohon jati yang tumbuh di tanah kering ini pasti meranggas
dan rawan mengalami kebakaran saat musim kemarau tiba. Sama seperti yang saya
temui saat kesana pada bulan Oktober lalu. Batang-batang pohon jati menghitam,
hangus bekas terbakar. Ranting pohon mengering tanpa daun, berwarna coklat
kusam bekas terbakar sinar matahari.
Pekarangan adalah sebutan bagi sebidang tanah yang terletak di depan,
samping, atau belakang rumah penduduk. Tanah ini biasanya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk menanam bunga, pohon peneduh, ataupun hanya sekedar tempat
menjemur pakaian dan tempat bermain anak-anak. Pekarangan dimiliki oleh
per-keluarga yang biasanya ditandai dengan batas yang jelas, misalnya dibatasi
dengan tanaman pagar atau tembok yang terbuat dari batu kapur putih yang biasa
disebut dengan watu kumbung.
Kebun atau yang biasa disebut masyarakat sana dengan tegal adalah suatu tanah yang
dimiliki per-seorangan yang digunakan untuk menanam tanaman palawija atau tanaman
tahunan. Letak tegal biasanya tidak jauh dari rumah penduduk dan sawah. Ada yang terletak di
antara rumah penduduk, biasanya ditanami pohon jati, ada pula yang terletak di
antara persawahan, biasanya ditanami tanaman palawija. Kebun atau tegal menjadi
penanda status sosial masyarakat di desa ini. Semakin luas tanah kebun atau
tegal yang dimiliki menandakan status sosial yang semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan masyarakat yang memiliki kebun atau tegal yang luas biasanya adalah
orang kaya dan ketika panen, hasilnya biasanya lebih besar dari panen sawah
yang berupa padi.
Tanah basah di desa ini meliputi Tambak, Rawa, dan Kolam dengan luas
masing 2, 6 , 2 ha. Tambak dan kolam berlokasi tidak jauh dari rawa atau
sungai. Rawa di desa ini merupakan tempat yang sangat vital. Selain merupakan
sumber mata air utama, juga sumber pencaharian masyarakat Dusun Betengrowo.
Mereka mencari ikan dan ada pula yang membudidayakan ikan di dalam rawa dengan
memasang jarring-jaring pembatas. Aktivitas masyarakatpun banyak yang terpusat
di rawa ini, seperti aktivitas mandi, mencuci, mengambil air bersih bagi
masyarakat yang tinggal di atas gunung, bahkan juga sekedar sebagai tempat
nongkrong, baik oleh anak muda maupun yang sudah dewasa.
Berada tepat di bawah bukit pegunungan kapur, membuat desa Sumberjo
memiliki banyak hewan-hewan yang dilindungi seperti ayam hutan, merak, ular
sanca kembang, serta tumbuhan yang tidak boleh ditebang sembarangan seperti
pohon jati. Keberadaan tanah hutan di desa ini berfungsi sebagai suaka alam
yang tidak boleh ditebang oleh masyarakat. Keberadaannya dijaga oleh dinas
perhutani setempat.
No comments:
Post a Comment