Menu

Sunday, 31 July 2022

MELIHAT MODEL PENDIDIKAN INDONESIA DI MASA DEPAN

                                   


                                     Wulan Agustri Ayu. MTs Progresif Bumi Shalawat.

Revolusi Industri 4.0 bukanlah suatu hal yang baru bagi dunia internasional. Pada tahun 2011 berlokasi di Jerman telah diadakan Hannover fair yang menunjukkan revolusi industri yang pernah dialami oleh manusia sepanjang perkembangannya. Indonesia sendiri telah memulai era 4.0 pada sekitar tahun 2018, saat Presiden Joko Widodo mengeluarkan Making Indonesia 4.0. Isinya adalah road map dan strategi yang akan dijalankan oleh Indonesia dalam menghadapi era digital dunia. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi yang meliputi perkembangan Artificial Intelegence (AI), e-commerce, hingga penggunaan robot. Indonesia sendiri memfokuskan diri dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini dengan berfokus pada 5 teknologi utama, yaitu (1) internet of things, (2) artificial intelligence, (3) human-machine interface, (4) teknologi robotik dan sensor, dan (5) teknologi 3D printing.

Tantangan yang dihadapi oleh revolusi industri 4.0 sangat besar. Perubahan – perubahan dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi masyarakat terjadi sangat cepat. Pergeseran dari tenaga kerja manusia menjadi tenaga kerja mesin atau robot hingga aktivitas sehari – hari berubah dari manual menjadi digital. Perubahan ini menggeser hal – hal lama sekaligus memunculkan hal – hal yang baru. Potensi ekonomi baru yang muncul dari perubahan ini, seperti ditinggalkannya tukang ojek pangkalan menjadi tukang ojek online, mengharuskan manusia abad 21 harus bisa beradaptasi secara tepat. Peserta  didik sebagai generasi masa depan juga harus menghadapi  perubahan sekaligus tantangan dari perubahan dari era revolusi  industri 4.0 ini. Tantangan untuk beradaptasi terhadap perubahan artinya peserta didik harus mampu  mengikuti perkembangan dunia internasional tetapi di sisi lain harus mampu mempertahankan identitas ke-Indonesia-annya.

Dunia yang dihadapi pada abad ke 21 tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Artificial Intelligence dan Autonomous robotic. Kehadiran kecerdasan buatan dan robot – robot yang mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa perlu panduan manusia akan menjadi hal – hal yang umum dijumpai di masa depan. Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan para peserta didik untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 ini dengan mencanangkan literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Peserta didik tidak boleh tertinggal atas informasi yang terjadi di dunia internasional.  Literasi digital dan teknologi ini didukung dengan maraknya penggunaan media sosial di kalangan remaja. Informasi mengenai perkembangan dunia teknologi yang terbarukan dapat diikuti secara cepat dan akurat melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Path, Twitter, Telegram, Whatsapp, Youtube dan lain sebagainya.

Perubahan yang terjadi secara cepat ini juga membawa serta segala pengaruh positif dan negatif yang mungkin ditimbulkannya. Dalam dunia pendidikan, kemudahan akses informasi utamanya saat dilaksanakannya literasi teknologi dan literasi digital pada kalangan peserta didik, memperbesar kemungkinan untuk tergerusnya identitas diri  pribadi peserta didik sebagai bangsa Indonesia, atau lebih khususnya sebagai masyarakat tradisional yang memiliki nilai  - nilai budaya lokal. Dalam studi poskolonialisme ditemukan bahwa negara – negara yang berasal dari negara dunia ketiga, termasuk di dalamnya adalah Indonesia, memiliki kecenderungan untuk meniru bangsa – bangsa yang dulu menjajahnya. Hal ini memunculkan kecenderungan dalam diri masyarakat Indonesia untuk lebih suka meniru atau berusaha untuk sama dengan bangsa – bangsa dari Eropa. Kebiasaan inilah yang secara tidak langsung banyak menggerus tradisi dan kearifan lokal banyak suku bangsa di Indonesia.

Tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia era 4.0 sangat beragam. Penanaman nilai – nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari  peserta didik menjadi hal yang sangat urgent untuk dilakukan. Perkembangan teknologi yang memudahkan akses informasi tidak berbanding lurus dengan karakter dan moral yang dimiliki penggunanya. Pendidikan seharusnya memperbaiki moral bangsa melalui penanaman nilai. Tetapi yang terjadi adalah pendidikan di era globalisasi menuju revolusi industri 4.0 mengalami ketertinggalan dalam melakukan fungsinya. Degradasi moral justru dialami oleh peserta didik di era 4.0 akibat terlalu cepatnya teknologi berkembang yang mana pendidikan gagal mengikuti kecepatan dari perkembangan ini.

Degradasi moral diakibatkan oleh tergerusnya nilai religius, nilai yuridis formal, dan nilai kultural dalam kehidupan sehari-sehari peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik memiliki kewajiban untuk menanamkan nilai – nilai ini dalam pembelajaran di dalam kelas. Diera 4.0 ini pembelajaran mengalami banyak kegagalan dalam mengintegrasikan nilai – nilai yang dibutuhkan dengan materi yang disampaikan di dalam kelas. Hal ini  terjadi karena kurang adaptif dan inovatifnya tenaga pendidik di Indonesia. Materi yang disampaikan di dalam kelas seringkali tidak sesuai dengan yang dibutuhkan  peserta didik dalam menghadapi perubahan jaman. Tenaga pendidik masih terjebak dalam paradigma pendidikan yang lama. Oleh karena itu, Kemenristek pada tahun 2018 merilis hal – hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi era 4.0. Beberapa diantaranya adalah inovatif, adaptif, dan responsif. 

Pendidikan Indonesia harus merespon masalah – masalah seperti tergerusnya nilai – nilai religius, yuridis formal, dan kultural dengan menciptakan pembelajaran yang mampu mengintegrasikan nilai – nilai yang dibutuhkan ke dalam pembelajaran. Khususnya nilai kultural, kecenderungan peserta didik yang lebih mengenal budaya – budaya dari negeri dibandingkan dengan budaya dalam negeri harus menjadi pokok perhatian. Ketidaktahuan peserta terhadap budaya bangsanya sendiri dapat mengakibatkan hal – hal seperti kehilangan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, atau justru mengalami gegar budaya (cultural shock), dimana mereka mengenal budaya asing dan memasukkan nilai – nilai budaya asing tersebut ke dalam kehidupan sehari – hari tetapi di tempat yang salah.

Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam merespon tergerusnya nilai – nilai karakter dan moral dalam diri generasi muda bangsa Indonesia adalah dengan mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal atau local wisdom yang juga seringkali disebut dengan local genius, local knowledge adalah sebuah pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman konkret yang wariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan ini bersifat dinamis dan fleksibel, serta dihasilkan melalui proses adaptasi dengan lingkungan sekitar. Kearifan lokal setiap daerah akan berbeda menyesuaikan dengan lingkungan dan kondisi yang ada di setiap daerahnya.

Peserta didik juga memiliki karakter yang beraneka ragam. Di era 4.0, karakter peserta didik bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan masyarakat saja, tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan teknologi. Interaksi antara peserta didik dengan teknologi ini menghasilkan generasi yang berfikiran terbuka karena kemudahan yang didapatkan untuk mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Dengan karakter yang berbeda – beda inilah sebabnya pendidikan mengintegrasikan nilai – nilai budaya lokal diperlukan. Karena yang dapat mengimbangi perubahan dan perkembangan jaman adalah respon dari  masyarakat itu sendiri yang terekam dalam nilai – nilai kearifan lokal dari generasi terdahulu. Pengaplikasiannya disesuaikan dengan  kebutuhan pada masa sekarang, karena kearifan lokal bersifat dinamis dan fleksibel.

Keberadaan nilai – nilai yang disarikan dari kearifan lokal dalam pembelajaran di era 4.0 ini sangat penting. Nilai – nilai dari kearifan lokal memiliki peranan penting dalam membangun identitas diri peserta didik sebagai masyarakat di daerah asalnya. Karena melalui kearifan lokal inilah kepribadian suatu masyarakat dilestarikan dari generasi terdahuluu ke generasi berikutnya. Tergerusnya kearifan lokal menjadi indikasi tergerusnya kepribadian masyarakat. Setiap masyarakat tradisional, dalam kasus Indonesia, setiap
suku bangsa, mempunyai kekhasannya dalam cara-cara pewarisan nilai-nilai
budayanya.
Hal inilah yang nantinya perlu diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah.

Artikel ini diikutkan untuk lomba Amikom Point di: https://amikom.ac.id   

Untuk informasi lomba, selengkapnya di                   https://point.amikom.ac.id/lomba-menulis-nasional-2022-di-amikom-jogja/

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Berkala

Abdullah, Farid. 2019.   Fenomena Digital Era Revolusi Industri 4.0. Dalam Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, Volume 4, Nomor 1, April 2019, pp 47-58.

Alfiati, Suryo Ediyono. 2019. Membangun Budaya Literasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam Mata Kuliah Menulis Puisi Mahasiswa. An-Nuha Vol. 6, No. 2, Desember 2019.

Eddiyono, S. 2019. Membangun Budaya Literasi Berbasis Kearifan Lokal Dalam Mata Kuliah Menulis Puisi Mahasiswa. An-Nuha Vol. 6, No. 2, Desember 2019.

Karwati, Lili. 2020. Upaya Pengelola Pkbm Dalam Meningkatkan Literasi Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat.  Jurnal Cendekiawan Ilmiah PLS Vol 5 No 1 Juni 2020.

Kurniati,  Kurniati. 2019. Membangun Budaya Literasi Melalui Tradisi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Dan Sastra Siswa. RIKSA BAHASA. Volume 5, No. 2, November 2019.

Mas Dewantara , I Putu. 2017. Keefektifan Budaya Literasi Di Sd N 3 Banjar Jawa
Untuk Meningkatkan Minat Baca.  Journal of Education Research and Evaluation. Vol.1 (4) pp. 204-209.

Mas Martayana, I Putu Hendra. 2019. Poskolonialitas Di Negara Dunia Ketiga dalam Martayana Vol 1 No. 2. Universitas Pendidikan Ganesha.

Nahak , Hildgardis M.I. 2019. Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi  Nusantara.  Vol 5 No. 1 Tahun 2019.

Nudiati , Deti. 2020. Literasi Sebagai Kecakapan Hidup Abad 21 Pada Mahasiswa. Indonesia Journal of Learning Education and Counseling. Vol 3, No 1, 2020, pp 34-40. Tersedia online https://journal.ilininstitute.com/index.php/IJoLEC.

Pratiwi, Anggi. 2019. Implementasi literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi millennial di Indonesia . Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan Vol. 7, No. 1 (Juni 2019) 65-80.

Ramadhani , Ayunda. 2018. Psikodrama: Budaya Kalimantan Timur Untuk
Meningkatkan Literasi Budaya Pada Gen Milenial
. Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 1, June 2018, hlm. 60-72.

Rohmah, Rismayanti Siti. 2018. Membangun Kearifan Lokal Melalui Gerakan Literasi Mibanda (Micinta Baca Tulis Aksara Sunda) Di Sdn Sukahayu Kabupaten Subang. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar  Volume 10, No 2, September 2018: 59-73. 

Saadati, Baiq Arnika. 2019. Analisis Pengembangan Budaya Literasi Dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa Di Sekolah Dasar. Terampil, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Volume 6 Nomor 2, Desember 2019

Samsiyah , Nur. 2020. Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Literasi Baca Siswa Sekolah Dasar . Tersedia online Eproceedings.umpwr.ac.id diakses pada 01 November 2021.

Sarjiyanto. 2015. Menimbang Konvensi Internasional No. 11806
Untuk Pengelolaan Sumber Daya Budaya DI Indonesia. PURBAWIDYA Vol. 4, No. 1, Juni 2015: 55 – 70.

Silvia , Okeu Wila. 2017. Model Literature Based Dalam Program Gerakan Literasi
Sekolah . Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(2) 2017, 160-171

Sunarwan , Dadang. 2017. Meningkatkan Literasi Budaya Peserta Didik Pendidikan Kesetaraan            Melalui Pembelajaran Sosiologi. Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 2/Desember/2017.

Triyono,  Triyono.  2019. Pentingnya Literasi Budaya di Desa Seni Jurang Blimbing. ANUVA Volume 3 (1): 77-85, 2019.

Wagiran,   Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis Budaya). Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012.

Wibowo, Agus Budi. 2014. Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Berbasis Masyarakat Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014, Hal 58-71.

Zahriyana, Yeni Andriani dan Boyhaqqi. 2013.Batik Aceh Salah Satu Produk Kearifan Lokal sebagai Pendidikan yang Berkarakter dan Berwawasan Global [Online], Tersedia: www.uui.ac.id. Diakses pada 01 November 2021.