Menu

Sunday, 31 March 2019

Kritik Terhadap Pemikiran Descrates tentang Substansi dan Hubungan Jiwa dan Tubuh


Rene Descartes adalah bapak dari aliran filsafat modern. Selain menjadi tokoh rasionalisme, Descartes juga merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya , yaitu tentang kebenaran mengajarkan bahwa kebenaran tertinggi berada pada akal dan rasio manusia. Descartes mengemukaan metode berfikir yang baru yaitu metode keragu-raguan. Jika seseorang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berfikir. Maka yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang benderang. Cogito ergo sum.  Saya berfikir, maka saya ada. Disini, eksistensi manusia dinilai dari kemampuannya untuk mempertanyakan kebenaran dari setiap hal di dunia ini. Termasuk juga menyangsikan kebenaran tentang sesuatu yang hampir pasti didunia ini. Kalau terdapat yang dapat menahan semua kesangsian atau keragu-raguan seradikal mungkin, maka kebenaran itu haruslah menjadi kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamental bagi seluruh ilmu pengetahuan.


            Rasio merupakan sumber kebenaran. Ideas Claires el Distinces (Pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah.). idea terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan atau yang biasa disebut dengan ida inate (ide bawaan). Sebagai ide pemberian Tuhan, maka ide terang benderang sudah pasti benar dan tidak mungkin tak benar. Selain itu, Descartes juga mengungkapkan pendapat tentang roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan. Menurut Descartes, Ida inate dapat meliputi tiga hal, yaitu pemikiran, Tuhan, dan Keluasan.

            Tentang Pemikiran, Descartes mengungkapkan sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakekat saya. Descartes memandang Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna.  Ia mengatakan karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu yang karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya,. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Tuhan. Tentang keluasan, Descrates mengatakan Materi sebagai keluasan atau ekstensi sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

            Descartes menyimpulkan bahwa ada substansi selain Tuhan, yaitu jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya adalah ekstensi. Disini, Descrates membedakan antara jiwa dan materi menjadi dua hal yang berbeda. Sedangkan menurut penulis, jiwa dan materi merupakan satu kesatuan. Mereka memang dua hal yang berbeda tapi tidak juga terpisah sebagai dua hal. Jiwa dan materi merupakan dua yang satu yang keberadaanya saling mempengaruhi satu sama lain. Diibaratkan sebagai minuman kopi, jiwa dan materi telah lebur dalam pahit dan manis. Berbeda tapi tidak bisa dibedakan.

            Sebagaimana yang dikatakan oleh Spinoza dalam pemikirannya tentang substansi tunggal, bahwa substansi adalah sesuatu yang ada pada dirinya sendiri dan dipahami melalui dirinya sendiri. Substansi tidak berhubungan dengan yang lain dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Spinoza berpendapat jika substansi itu hanya satu dan itu adalah Allah. Substansi yang satu menjadi bersifat individual sekaligus menjadi hakikat dari segala sesuatu yang tampaknya bersifat individual. Merujuk kepada Spinoza, penulis menkritisi pemikiran Descartes tentang substansi tunggal yang maha sempurna milik Descrates. Jika Descrates mengatakan bahwa penyebab dari ide yang sempurna adalah Tuhan yang maha sempurna, maka penulis lebih condong kepada keberadaan ide yang sempurna merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Sempurna di alam pemikiran. Ide yang sempurna bukan disebabkan atas adanya Tuhan yang Maha Sempurna, tetapi ide yang sempurna itu menjadi wujud nyata dari kehadiran Tuhan. Hal ini karena Tuhan Yang Maha sempurna, apabila hanya berperan sebagai penyebab, artinya Tuhan hanya ada dalam satu tataran wujud saja. Karena Tuhan Maha Sempurna, maka Tuhan mampu mewujudkan dirinya sebagai penyebab kemunculan ide, sekaligus sebagai ide itu sendiri.

            Hal senada juga terjadi dalam pandangan Descrates tentang hubungan Jiwa dan Tubuh. Descrates membedakan Jiwa sebagai pemikiran dan tubuh sebagai materi yang hakekatnya adalah ekstensi atau keluasan. Kembali dengan berdasarkan pemikiran Spinoza, penulis berpendapat bahwa hakekat jiwa dan tubuh(materi) adalah dua yang satu. Jiwa dan tubuh saling mempengaruhi dan tidak bisa dipisahkan tetapi juga tidsk bisa dikatakan merupakan satu hal yang sama. Jiwa dan tubuh memiliki dimensi yang berbeda meskipun keduanya merupakan sama-sama hasil pemikiran realism. Jiwa atau pemikiran sebagai bukti nyata bahwa manusia itu ada sebagaimana yang dikatakan oleh Descartes bahwa Cogito ergo sum. Dan tubuh sebagai materi merupakan wujud nyata dari apa yang dikatakan Descrates dan kaum realism lainnya bahwa segala sesuatu itu ada dan nyata adanya apabila bisa diketahui keberadaannya dengan menggunakan indera.

REFERENSI
Scruton,Roger. 1984. Sejarah Singkat Filsafat Modern:Dari Descartes Sampai Wittgensten. Jakarta:PT Pantja Simpati.
Hardiman,F.Budi. 2007. Filsafat Modern:Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat dari Aristoteles sampai Derrida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Copra). Cetakan ke 11. Bandung: Rosda Karya.

No comments:

Post a Comment