Rene Descartes adalah
bapak dari aliran filsafat modern. Selain menjadi tokoh rasionalisme, Descartes
juga merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya , yaitu tentang kebenaran
mengajarkan
bahwa kebenaran tertinggi berada pada akal dan rasio manusia. Descartes
mengemukaan metode berfikir yang baru yaitu metode keragu-raguan. Jika
seseorang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelas ia
sedang berfikir. Maka yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang
benderang. Cogito ergo sum. Saya berfikir, maka saya ada. Disini,
eksistensi manusia dinilai dari kemampuannya untuk mempertanyakan kebenaran
dari setiap hal di dunia ini. Termasuk juga menyangsikan kebenaran tentang
sesuatu yang hampir pasti didunia ini. Kalau terdapat yang dapat menahan semua
kesangsian atau keragu-raguan seradikal mungkin, maka kebenaran itu haruslah
menjadi kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamental bagi
seluruh ilmu
pengetahuan.
Rasio merupakan sumber kebenaran. Ideas Claires el Distinces (Pikiran yang terang benderang dan
terpilah-pilah.). idea terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang
dilahirkan atau yang biasa disebut dengan ida
inate (ide bawaan). Sebagai ide pemberian Tuhan, maka ide terang benderang sudah
pasti benar dan tidak mungkin tak benar. Selain itu, Descartes juga
mengungkapkan pendapat tentang roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan
benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.
Menurut Descartes, Ida inate dapat
meliputi tiga hal, yaitu pemikiran, Tuhan, dan Keluasan.
Tentang Pemikiran, Descartes mengungkapkan sebab saya
memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa
pemikiran merupakan hakekat saya. Descartes memandang Tuhan sebagai wujud yang
sama sekali sempurna. Ia mengatakan
karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk ide
itu yang karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya,. Wujud yang sempurna
itu tidak lain daripada Tuhan. Tentang keluasan, Descrates mengatakan Materi
sebagai keluasan atau ekstensi sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari
oleh ahli-ahli ilmu ukur.
Descartes menyimpulkan bahwa ada substansi selain Tuhan,
yaitu jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran dan materi yang hakikatnya adalah
ekstensi. Disini, Descrates membedakan antara jiwa dan materi menjadi dua hal
yang berbeda. Sedangkan menurut penulis, jiwa dan materi merupakan satu
kesatuan. Mereka memang dua hal yang berbeda tapi tidak juga terpisah sebagai
dua hal. Jiwa dan materi merupakan dua yang satu yang keberadaanya saling
mempengaruhi satu sama lain. Diibaratkan sebagai minuman kopi, jiwa dan materi
telah lebur dalam pahit dan manis. Berbeda tapi tidak bisa dibedakan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Spinoza dalam
pemikirannya tentang substansi tunggal, bahwa substansi adalah sesuatu yang ada
pada dirinya sendiri dan dipahami melalui dirinya sendiri. Substansi tidak
berhubungan dengan yang lain dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain.
Spinoza berpendapat jika substansi itu hanya satu dan itu adalah Allah.
Substansi yang satu menjadi bersifat individual sekaligus menjadi hakikat dari
segala sesuatu yang tampaknya bersifat individual. Merujuk kepada Spinoza,
penulis menkritisi pemikiran Descartes tentang substansi tunggal yang maha
sempurna milik Descrates. Jika Descrates mengatakan bahwa penyebab dari ide
yang sempurna adalah Tuhan yang maha sempurna, maka penulis lebih condong
kepada keberadaan ide yang sempurna merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha
Sempurna di alam pemikiran. Ide yang sempurna bukan disebabkan atas adanya
Tuhan yang Maha Sempurna, tetapi ide yang sempurna itu menjadi wujud nyata dari
kehadiran Tuhan. Hal ini karena Tuhan Yang Maha sempurna, apabila hanya
berperan sebagai penyebab, artinya Tuhan hanya ada dalam satu tataran wujud
saja. Karena Tuhan Maha Sempurna, maka Tuhan mampu mewujudkan dirinya sebagai
penyebab kemunculan ide, sekaligus sebagai ide itu sendiri.
Hal senada juga terjadi dalam pandangan Descrates tentang
hubungan Jiwa dan Tubuh. Descrates membedakan Jiwa sebagai pemikiran dan tubuh
sebagai materi yang hakekatnya adalah ekstensi atau keluasan. Kembali dengan
berdasarkan pemikiran Spinoza, penulis berpendapat bahwa hakekat jiwa dan
tubuh(materi) adalah dua yang satu. Jiwa dan tubuh saling mempengaruhi dan
tidak bisa dipisahkan tetapi juga tidsk bisa dikatakan merupakan satu hal yang
sama. Jiwa dan tubuh memiliki dimensi yang berbeda meskipun keduanya merupakan sama-sama
hasil pemikiran realism. Jiwa atau pemikiran sebagai bukti nyata bahwa manusia
itu ada sebagaimana yang dikatakan oleh Descartes bahwa Cogito ergo sum. Dan tubuh sebagai materi merupakan wujud nyata dari apa
yang dikatakan Descrates dan kaum realism lainnya bahwa segala sesuatu itu ada
dan nyata adanya apabila bisa diketahui keberadaannya dengan menggunakan
indera.
REFERENSI
Scruton,Roger. 1984. Sejarah Singkat Filsafat Modern:Dari
Descartes Sampai Wittgensten. Jakarta:PT Pantja Simpati.
Hardiman,F.Budi. 2007. Filsafat Modern:Dari Machiavelli sampai
Nietzsche. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat dari
Aristoteles sampai Derrida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Copra). Cetakan ke 11. Bandung: Rosda Karya.
No comments:
Post a Comment