Menu

Sunday, 31 March 2019

Situs Biting, Benteng Pertahanan Dalam Pandangan Geopolitik


Secara geografis, Lumajang terletak pada suatu dataran antar pegunungan (intermountain plain). Hal ini disebabkan oleh kedudukan kota tersebut yang dikelilingi oleh pegunungan vulkanik dengan puncak-puncaknya berupa gunung api yang aktif. Keadaan semacam itulah yang menyebabkan daerah Lumajang dan sekitarnya merupakan lahan pertanian yang subur (Sunarto: 1990). Kabupaten Lumajang memiliki 197 Desa yang tergabung menjadi 16 kecamatan dan salah satunya adalah kecamatan Sukodono. Salah satu desa di kecamatan Sukodono, yaitu Desa Kutorenon, terdapat peninggalan arkelogis klasik dalam skala yang cukup luas. Peninggalan di Desa Kutorenon dikenal dengan sebutan Situs Biting.


                Salah satu sumber tertulis yang menyebut nama Kutorenon adalah Kakawin NagaraKrtagama atau yang berjudul asli Desa Wrnana. Kutorenon tertulis dalam pupuh ke-21 sebagai salah satu daerah yang dilalui Hayam Wuruk dalam perjalanannya ke Lumajang. Nama tempat yang disebutkan adalah Jaladi, Patalap, Arnnon, Panggulan, Payaman, dan Tepasana. Nama Arnnon inilah yang kemudian diidentifikasi sebagai Kutorenon di era sekarang.

                Situs Biting memiliki luas 135 ha,  memiliki sisa struktur tembok keliling dari bata di beberapa bagian di sepanjang Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Cangkring, Sungai Ploso serta memiliki 6 menara pengintaian atau pangungakan di beberapa kelokan sungai-sungainya. Situs Biting sebagai benteng pertahanan ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru dibangun dengan memanfaatkan medan lingkungan di sekitarnya. Di sebelah utara Situs Biting, masuk dalam Kecamatan Klakah merupakan kawasan gunung dan berbukit tandus. Hal ini menjadi benteng pertahanan alami jika terjadi peperangan sehingga wilayah Ibu Kota bisa diselamatkan terlebih dahulu. Benteng Situs Biting dibangun dengan mengikuti kontur sungai. Hal ini memberikan pengamanan ganda terhadap ibu kota terhadap serangan musuh.

                Dalam teori Daerah Batas atau Rimland yang dikemukakan oleh Nicholas J. Spyman dijelaskan bahwa siapa yang mampu mengkombinasikan kekuatan darat , laut, dan udara akan menguasai daerah batas antar bangsa secara permanen dan abadi. Pemikiran yang sama muncul dalam pembangunan Situs Biting yang diestimasikan dibangun sejak jaman Majapahit dan terus mengalami pembaharuan hingga masa Mataram Islam (abad 14 M – 17 M) (Novida Abbas :1988). Arsitek pembangunan Situs Biting yang diduga adalah Arya Wiraraja, memanfaatkan posisi Desa Kutorenon sebagai Ibu Kota kerajaan Lamajang Tigang Juru yang secara posisi berada pada garis tengah dimana bagian selatan dilindungi oleh perbukitan dan Gunung Semeru, bagian barat dilindungi oleh pegunungan dan perbukitan Bromo-Semeru, bagian utara dilindungi adalah pegunungan Bromo dan Gunung Lemongan, serta bagian selatan terlindung dengan kontur pantai selatan yang berombak besar.

                Disini, Arya Wiraraja memanfaatkan posisi pegunungan dan perbukitan yang melingkar sebagai pertahanan awal jika terjadi penyerangan terhadap kerajaan. Perlindungan Ibu Kota menjadi hal utama. Hal inii dilihat dari pembangunan benteng yang selain memanfaatkan kontur alam yang berbukit, juga memanfaatkan sungai-sungai besar. Desa Kutorenon memiliki sungai-sungai besar yang saling melingkar dalam luas 135ha dan kemudian menggabung menjadi satu dalam Sungai Bondoyudo. Melihat potensi ini, Arya Wiraraja mencoba menambahkan pengamanan ibukota dengan menambah pembangunan benteng disekeliling sungai. Dengan jaminan keamanan yang sangat tinggi, akan menarik kedatangan masyarakat luas baiki untuk menetap maupun untuk berdagang. Point tambahan disini adalah adanya sungai disekeliling benteng, yang bukan hanya sebagai pengaman tambahan, tetapi juga mempermudah transpostasi jalur air yang merupakan transportasi perdagangan utama di era klasik. Dengan semua hal yang dimiliki ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru, daari pertahanan hingga kemudahan transportasi air, menjanjikan kebesaran dimasa depan sebagai penguasa daerah batas yang sulit ditembus.

Sumber :
Nastiti, Titi Surti, dkk. 1995. Laporan Survey di Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur 1990. Jakarta : Puslit Arkenas.
Hidayat, Mansur. 2013. Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru. Denpasar : Pustaka Larasan. 

1 comment:

  1. MAJUTOTO
    Silahkan datang dan daftarkan diri anda sekarang juga..
    hanya di sini JP berapapun di bayar. discount 29%/59%/66%
    Banyak Promo Menanti Anda!
    * Minimal deposit 50.000 dapatkan bonus sampai dengan 100.000
    * Bonus Next Deposit 5%

    WA : +6282272437922
    LINE : @majutoto
    LINK ALTERNATIF : Jerukpurut.com

    ReplyDelete